Sejarah mencatat beberapa contoh dari generasi hebat Zaman Nabi
Muhammad dan Khalifah sesudahnya. Beberapa contoh berikut menggambarkan
hebatnya generasi muda waktu itu, diantaranya :
Ali baru
berusia 10 tahun saat menjadi tameng Rasulullah ketika akan berangkat
hijrah. Resikonya adalah terbunuh. Di usia belia itu Ali sudah siap
syahid. Anak yang luar biasa bukan?
Seorang Zaid bin Tsabit saat
usia 9 tahun sudah ingin maju ke medan perang, padahal pedangnya lebih
panjang dari tubuhnya. Saat tidak diijinkan, dia sedih dan mengadu ke
uminya. Uminya kemudian menganjurkan jihad dengan pena. Sejarah
kemudian mencatat bahwa ia adalah sekretaris Rasulullah yang mencatat
wahyu yang turun. Pada usia 21 tahun dapat amanah strategis dari
Khalifah Abu Bakar untuk mulai membukukan Al Quran.
Umar Bin Abdul Azis berusia 24 tahun saat menjadi gubernur Madinah. Kemudian usia 37 tahun jadi khalifah.
Muhammad Al Fatih memimpin pasukan muslim menaklukan Konstantinopel saat usia 21 tahun.
Bagaimana dengan anak-anak kita?
Bukan
sebuah pesimistis, tapi ada beberapa gejala mengkhawatirkan yang layak
menjadi bahan buat early warning bagi orang tua. Apa saja?
Generasi
Langit yang Pasrah. Artinya generasi yang gampang terombang ambing.
Ungkapan “terserah ente dah”, “ya gitu deh”, “ya….gimana gitu”,
sepertinya biasa saja bukan? ternyata ini adalah indikasi awal yang
perlu diwaspadai karena bisa mencerminkan dari generasi yang tak mampu
punya sikap tegas, anak yang tidak bisa berkata “tidak!”. Dalam jangka
panjang generasi yang tidak berpendirian begini hanya akan jadi
follower.
Hasil STERILISASI, bukan IMUNISASI. Anak-anak generasi
sekarang dikhawatirkan karena mereka kering pengalaman, lebih banyak di
depan layar hape, televisi dan komputer. Berjarak dan asing dari
tetangga, dan realitas. Terproteksi. Sedangkan input ortu dan
lingkungan adalah ungkapan “harus ini nggak boleh itu!”. Tidak
terkondisikan untuk berani bertanya. Ini adalah ciri pengasuhan dengan
pola indoktrinasi yg kuat.
Beramal untuk Orang Tua. Mereka
menjadi anak soleh di depan orang tua, tapi error di belakang. Mereka
bilang “Yang pengen hafal Quran kan Abah, bukan saya”
Bisa
beragama tapi tak suka beragama. Bisa baca Quran tapi tak suka. Bisa
Sholat tapi tidak suka sholat. Bisa doa tapi tidak suka doa. Bisa pake
jilbab tapi gak suka pake jilbab, maka amat mudah bagi mereka untuk
melepasnya lagi.
Agar anak berkarakter tangguh
Agar anak berkarakter tangguh, maka para ayah janganlah lari dan abai. Berikut yang harus disimak para oarang tua :
1. Pengasuh yang lengkap (ayah dan bunda hadir dalam jiwa anak).
Kita
lahir di negeri yg menyerahkan pendidikan anak kepada ibu. Ibu memang
madrasah pertama, tapi ingat ayah adalah kepala sekolahnya. Indonesia
praktis adalah negeri tanpa ayah, NII (negeri ibu-ibu) karena masih
asingnya para ayah dari dunia pengasuhan anak.
Padahal….
Ibu
takkan bisa menggantikan peran ayah. Anak membutuhkan dua sayap. Sayap
pengasuhan dari ayah dan ibunya. Tak boleh hanya satu, idealnya
begitu. Karena itulah fitrah anak yang Allah titipkan dalam jiwa
raganya. Sayap ibu tak bisa digantikan oleh sayap ayah dan demikian
sebaliknya.” (Dikutip dari buku “RAHASIA JADI AYAH HEBAT” karangan
Irwan Rinaldi).
Contoh, yang bercerita gagahnya Umar bin Khatab
adalah ibunda yg gemulai. Secara kognitif sudah sampai pesan tentang
Umar yang gagah. Tapi bagaimana seorang anak mendapatkan gambaran utuh
seorang Umar bin Khatab ? Maka ayahlah yang harus memberi contoh
ekpresi kegagahan seorang Umar bin Khatab.
Kesibukan ayah
menjadikan banyak kita yang yatim sebelum waktunya. Yatim secara
psikologis. Terjadi fenomena Father Hunger, ketiadaan ayah pada jiwa
anak. Maka jiwa anak yang jauh dari ayahnya kelak akan jadi generasi
minder, peragu. Praktis ayah sekarang hanya berfungsi jadi mesin ATM.
Hanya jadi tempat meminta uang.
Solusi bagi ayah agar dekat dgn anak
Berikut ada beberapa tips agar ayah dekat dengan anak, walau sulit bagi sebagian ayah, namun mari kita coba
Pagi,
ayahlah yang membangunkan anak, sampaikan kalimat-kalimat yang
positif, seperti kalimat, bacaan qur’an, kata-kata motivasi dan
penghargaan.
Siang, sempatkan telpon atau SMS kalau memungkinkan.
Malam,
menjelang tidur, sampaikan lagi kalimat-kalimat positif, kalimat
tauhid, kisah atau baca kitab suci. Juga evaluasi tentang kegiatan hari
itu, serta nasihat.
Waktu libur, jalin kebersamaan yang berkualitas dan interaktif
Waktu anak sedih, ayah harus hadir. Bahkan Nabi Muhammad sempat menghibur seorang anak yg kehilangan burung pipit.
Waktu aktualisasi, saat pentas, pembagian raport, ikut lomba dll usahakan ayahlah yang datang dan hadir.
Teladan
Rasulullah, saat ayahanda Abdullah wafat, Muhammad kecil lantas diasuh
oleh kakek lalu ke paman beliau. Karena anak memang perlu sosok ayah.
Spirit
pengasuhan di Al Quran ternyata lebih ke spirit keayahan, 17 ayat
dialog pengasuhan di Al Quran, 14 ayat diantaranya adalah dialog
ayah-anak, sedangkan dua ayat lainnya antara ibu dan anak.
Contohlah Ibrahim. Ia adalah AYAH HEBAT dalam sejarah, krn :
Dua anaknya juga menjadi Nabi (Ismail&Ishak)
Mengasuh dari jauh dg doa yg khusyuk –> (AYAH di Palestina, anak&istri di Mekah)
Memilih istri yg pandai mengasuh –> (Siti Hajar terkenal dengan kisah Shofa&Marwa)
Memilih tmpt tinggal yg baik –> (dkt Masjid)
Selalu mengajak anaknya berdialog dlm setiap keputusan (QS.37: 102)
Menegakkan sholat utk diri&keturunannya
2. Habis Habisan Di Usia Dini
Kadang
anak usia dini mengalami kesalahan pengasuhan. Pertama anak usia pra
sekolah disuruh belajar ala anak sekolah. Padahal haknya adalah bermain.
Perhatian ayah pada anak juga banyak yang tidak memadai. Ayah hanya
fokus pada cari uang agar kelak kuliah kedokteran, contohnya. Maka
memberi perlakuan yang terbaik pada usia dini adalah investasi jangka
panjang orang tua. Kesempatannya pun tak akan terulang kembali.
3. Pengajaran berbasis hands on minds on, praktek teori, pengalaman hidup
Karakter
banyak terbentuk dari pengalaman hidup. Maka memberikan anak
pengalaman terbaik menjadikannya berkarakter terbaik. Rasulullah di
usia belia sudah belajar secara alami dari pengalaman menggembala
kambing, dan kemudian berdagang. Walaupun beliau tidak bisa baca tulis.
Belajar dari pengalaman hidup menjadikannya pemimpin dunia. Bukan
berarti anak kita nggak perlu bisa baca tulis. Tapi memang Nabi
Muhammad menjadi contoh terbaik dari proses pembelajaran menjadi insan
teladan.
4. komunikasi yang patut atas dasar :
- Pengkuan
- Bimbingan
- Perbaikan
Mengapa
Ismail mau disembelih ayahanda Ibrahim? Menurut Sayid Qutb, disamping
karena faktor kuatnya aqidah yang tertanam, juga karena Ismail
dihargai. Caranya? Dengan diajak dialog oleh Ibrahim. Karena secara
manusia, di ayat tentang kisah penyembelihan Ismail, pada dialognya
tersirat bahwa Ismailpun memiliki rasa takut yang manusiawi. Tetapi itu
tereliminasi oleh sikap seorang ayah Ibrahim yang sangat apresiatif.
Penutup
Sekian dulu ya…
sambil introspeksi diri…
mudah-mudahan Allah senantiasa memimbing kita jadi ayah yang baik
Amiin…